Jakarta, PONTAS.ID – Indonesia sampai sekarang masih impor anggur untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Dari ratusan ribu ton anggur yang diimpor itu, nilainya mencapai triiunan rupiah.
Anggota Komisi IV DPR RI H Firman Soebagyo mengatakan, pada 2023 impor anggur Indonesia sebanyak 129 ribu ton atau setara dengan Rp7 triiun.
Untuk mengurangi ketergantungan impor itu, perlu pengembangan kawasan hortikultura dan produksi buah-buahan yang mendukung pasar ekspor.
“Itu uang rakyat Indonesia hanya untuk mengonsumsi buah anggur, sedang produksi kita 11.144 ton pada 2021, dan 13.515 ton pada 2022. Artinya masih ada peluang pasar yang sangat besar,” kata Firman Soebagyo yang juga legislator partai Golkar ini.
Ketua Kelompok Tanaman Buah Sepanjang Tahun dan Semusim Kementan RI, Ir Sri Haryati mengatakan, meski bukan tanaman asli Indonesia, tapi bisa tumbuh subur. Bahkan kualitasnya setara dengan anggur impor dari kebanyakan negara eropa.
“Kalau melihat produksi anggur dalam 4 tahun terakhir ini meningkat, tapi dari sisi impor masih besar terutama anggur. Saat ini, hampir di seluruh wilayah Indonesia sudah bisa ditanam dan lebih banyak untuk wisata petik yang merupakan pangsa pasar utama,” jelas Sri Haryati.
Kawasan pantai utara Jawa, merupakan wilayah yang cocok pembudidayaan tanaman anggur. Untuk itu, DPR bersama Kementan RI mengajak pelaku usaha hortikultura untuk budidaya anggur, sebagai langkah mengurangi ketergantungan impor.