ESDM: Penyerapan Subsidi Energi Baru Rp 59,4 Triliun

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan

Jakarta, PONTAS.ID – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim penerapan subsidi energi saat ini lebih efisien. Tercatat, penyerapan subsidi energi hingga semester I-2019 baru mencapai Rp 59,4 triliun atau 37,13 persen dari target Rp 160 triliun tahun ini.

Menteri ESDM, Igansius Jonan, mengatakan, serapan subsidi tahun ini diprediksi tidak akan tercapai karena harga komoditas energi rendah. Selain itu, serapan subsidi tidak tercapai karena penyaluran subsidi semakin mengarah ke sektor produktif.

“Subsidi 2019 ini targetnya Rp 160 triliun, tapi saya kira enggak akan sampai. Paling di angka Rp120 triliun sampai Rp 130 triliun. Karena harga komoditas energi banyak yang turun juga. Hingga semester I tahun ini angkanya sebesar Rp 59,4 triliun,” kata Jonan dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/9/2019).

Jonan menjelaskan, selama 2011 hingga 2014 sekitar Rp 1.200 triliun alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diperuntukkan bagi subsidi energi. Namun dalam empat tahun terakhir alokasi tersebut dialihkan ke sektor produktif.

“Subsidi, yang selalu orang ramai bicara ini. Dibandingkan periode sebelumnya, sekarang empat tahun terakhir (2015-2018) subsidi sektor energi dipangkas menjadi hanya Rp 477 triliun. Ini kurang lebih hanya sepertiga dari yang sebelumnya. Agar lebih tepat sasaran,” jelasnya.

Jonan mengatakan, pemerintah terus berkomitmen agar subsidi energi semakin efisien dan peruntukannya benar-benar tepat sasaran. Oleh sebab itu, ketimbang menghabiskan anggaran untuk subsidi energi yang tidak tepat sasaran, pemerintah lebih memilih memangkas subsidi energi untuk dialihkan ke belanja yang lebih produktif dan prorakyat.

Demikian halnya dengan pemanfaatan anggaran Kementerian ESDM yang tahun ini dialokasikan sebesar Rp 4,9 triliun. Jonan menyebutkan mayoritas anggaran diperuntukkan bagi infrastruktur dan program prorakyat.

“Tahun ini, anggaran Kementerian ESDM 48 persen dikembalikan ke masyarakat, untuk bangun pembangkit tenaga surya, jaringan gas, dan lain sebagainya,” tuturnya.

Contoh program pembagian konverter kit LPG untuk nelayan kecil. Menurutnya, dengan menggunakan bahan bakar LPG, biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh nelayan untuk melaut jadi semakin murah.

Selain itu, belanja produktif lainnya yaitu pembangunan jaringan gas kota, pembagian lampu surya gratis untuk rumah belum berlistrik, penerangan jalan umum, dan pemboran sumur bor air tanah.

“Ini yang dimaksud dengan kedaulatan energi itu, supaya banyak saudara-saudara kita makin mampu beli, makin terjangkau. Kita juga akan paksa dengan segala peraturan supaya sektor ini menjadi lebih kompetitif,” pungkasnya.

Penulis: Riana
Editor: Idul HM

Previous articleMeski Tarif Baru Berlaku Penuh, Penumpang Ojol Diprediksi Stabil
Next articleCek! Kompensasi Pemadaman Listrik PLN Sudah Cair Lho

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here