Jakarta, PONTASD.ID – Kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengkritik Presiden Joko Widodo yang mengaku kelepasan saat berbicara tentang ‘politikus sontoloyo’.
Bagi parpol pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin kalimat ‘sontoloyo’ yang disampaikan Jokowi bukan dalam konteks memaki.
“‘Sontoloyo’ kan hanya istilah. Tetapi semangat yang mau dibangun Pak Jokowi adalah keadaban,” kata Wasekjen PKB Daniel Johan saat dimintai konfirmasi, Kamis (25/10/2018).
Daniel menyebut Jokowi tak ingin politik malah memecah belah masyarakat. Dia menegaskan Jokowi ingin semua elite politik mengedepankan kepentingan bangsa.
“Jangan sampai masalah politik kepentingan menghalalkan segala cara dengan menghujat, memfitnah, bahkan memecah belah masyarakat. Harganya terlalu mahal bagi kebangsaan kita,” sebut Daniel.
“Kasihan rakyat yang sebenarnya secara budaya sangat rukun dan guyub, kuat dalam bergotong royong. Jangan sampai hal itu rusak oleh kepentingan sesaat,” imbuh anggota DPR itu.
Hal senada juga dikatakan Partai Golkar menilai ucapan ‘politikus sontoloyo’ dikatakan Jokowi dipandang sebagai sebuah peringatan.
“Tergantung kita melihat dalam konteks apa, kalau misalnya aksentuasinya itu dalam konteks mengingatkan supaya kita jangan jadi sontoloyo, tidak jadi masalah, kecuali kalau itu disampaikan memang tujuannya untuk memaki dan pak Jokowi saya kira tidak dalam konteks memaki orang tetapi beliau ingin mengatakan jangan jadi politisi sontoloyo,” kata Ketua DPP Golkar Ace Hasan.
Ace menafsirkan politikus sontoloyo yang dimaksud Jokowi adalah pihak-pihak yang ingin mengadu domba dan memecahbelah persatuan bangsa. Ace menilai wajar jika Jokowi mengingatkan semua pihak agar tak memakai cara-cara politik kotor.
“Iya tentu, kan kita juga sering mengatakan ada politisi putih, ada politisi hitam, itu biasa saja, pak Jokowi cuma ingin menyampaikan kepada publik janganlah kita menjadi politisi sontoloyo yang menyebar kebencian, mengadu domba, yang menyampaikan isu-isu yang memecah belah bangsa, kan itu harus diingatkan oleh kita semua,” ujarnya.
Ace juga menyeru kepada semua elemen yang terlibat dalam Pemilu 2019 ini untuk lebih mengedepankan adu gagasan dan program. Dia mengajak semua pihak untuk meninggalkan cara-cara politik yang tidak konstruktif.
“Saya kira pak Jokowi dan siapapun bagi orang yang memiliki kewarasan politik pantas memliki kekhawatiran terhadap fenomena semakin kuatnya menjelang pilpres 2019 ini ada pihak-pihak yang mencoba terus, membangkitkan, menghidupkan cara-cara politik yang tidak santun, menyampaikan narasi-narasi yang justru tidak menampilkan sesuatu yang tidak konstruktif. Oleh karena itu pak Jokowi minta akita menghentikan cara-cara seperti itu, kita kedepankan politik santun, kita kedepankan adu gagasan, kita kedepankan program, visi-misi. Sebagai sebuah harapan tentu pak Jokowi sah-sah pak Jokowi memiliki penilaian tersebut,” imbuhnya.
Jangan Baper
Sementara itu, Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan menilai, sikap Presiden Joko Widodo kini telah berubah, karena tak lagi mengucapkan istilah yang pantas bagi masyarakat.
Hal itu menyusul ucapan Jokowi yang menyebut banyak politikus ‘sontoloyo’.
“Kritik itu harus dianggap sebagai vitamin. Tidak perlu misalnya dianggap menjadi terus berseberangan sekali. Jangan baper,” kata Hinca di Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Untuk itu, Hinca sangat menyayangkan dengan ucapan mantan Wali Kota Solo tersebut. Pasalnya, hal itu berpengaruh dengan situasi sosial di masyarakat.
“Gunakan istilah-istilah yang baik di tengah masyarakat,” ujarnya.
Hinca mengingatkan, di alam demokrasi Indonesia, kritik merupakan sesuatu yang baik.
Dia mengimbau Presiden Jokowi menganggap kritikan itu sebagai pemacu untuk bisa bekerja lebih baik lagi.
“Dan kritik-kritik yang disampaikan para politisi itu masih sesuatu yang normal,” ucapnya.
Sebelumnya, Frasa ‘politikus sontoloyo’ disampaikan Presiden Joko Widodo lantaran sudah begitu kesal terhadap cara-cara politik kotor. Keceplosan Jokowi tersebut dianggap kubu Prabowo sebagai bentuk kontrol diri yang lemah.
“Sangat tidak pantas, saya pikir. Kenapa? Karena yang namanya presiden itu adalah pemimpin tertinggi, dia harusnya politisi yang jadi contoh, bukan cuma untuk politisi lho, seluruh anak negeri,” kata koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Jokowi sebelumnya mengungkapkan soal alasan dirinya mengeluarkan istilah ‘politik sontoloyo’. Jokowi mengaku kesal dengan kondisi perpolitikan nasional yang diwarnai oleh politik adu domba dan fitnah.
Karena kesal terhadap cara politik kotor itulah akhirnya Jokowi mengaku kelepasan mengeluarkan istilah ‘politik sontoloyo’. Dia sendiri menegaskan tidak pernah sebelumnya mengeluarkan istilah itu.
“Inilah kenapa kemarin saya kelepasan, saya sampaikan ‘politikus sontoloyo’ ya itu. Jengkel saya. Saya nggak pernah pakai kata-kata seperti itu. Karena sudah jengkel ya keluar. Saya biasanya ngerem, tapi sudah jengkel ya bagaimana,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/10/2018).