Jakarta, PONTAS.ID – Beberapa hari terakhir, pemberitaan naiknya harga beras sedang terjadi. Berbagai alasan dikemukaan untuk menjelaskan penyebab kelangkaan beras, mulai dari ulah spekulan, perdagangan bebas, gagal panen.
Berhubung beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, urusan perut menjadi hal utama dalam menjaga stabilitas. Pemerintahpun mengupayakan berbagai cara agar harga beras segera turun. Salah satunya operasi pasar dengan menggelar penjualan beras dengan harga normal hingga pengecekan langsung ke gudang-gudang penyimpanan beras hanya untuk memastikan kecukupan stok beras.
Budi Cahyanto Kabid Pengadaan Bulog Divre 5 Jawa Timur meminta masyarakat tidak khawatir dengan kenaikan harga beras di pasaran. Kenaikan harga beras yang mencapai 10 persen, kata Budi, memang melampaui kewajaran. Namun, harga ini akan turun secara perlahan.Bulog juga terus melakukan operasi pasar sampai Maret 2018.
“Hal ini terjadi hampir setiap akhir dan awal tahun. Masyarakat jangan khawatir karena sebentar lagi akan panen. Selain itu stok beras di Bulog Jawa Timur masih 343 ribu ton. Sudah lebih dari cukup,” kata Budi Cahyanto selaku Kabid Pengadaan Bulog Drive 5 Jawa Timur, Jakarta, (10/1/18).
Aksi borong masyarakat yang khawatir harga beras akan tambah naik juga ikut memicu kenaikan harga. Produsen dan pedagang akan menangkap fenomena ini dan menjual beras dengan harga lebih mahal lagi. Dia menjelaskan, pergerakan harga beras di Jawa Timur memang agak tinggi karena juga menyuplai daerah-daerah lain terutama Indonesia timur. “Akhir Januari dan Februari nanti akan ada panen di Ngawi dan Madiun. Jadi jangan beli terlalu banyak,” ujarnya.