Gorontalo, PONTAS.ID – Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad menyambangi pasar ikan, Kota Gorontalo.
Di pasar ikan, Fadel Muhammad menghampiri setiap lapak yang ada. Di setiap lapak ia bertanya berapa harga ikan yang dijual perkilo.
Tak hanya itu, ia menjaring aspirasi mengenai bagaimana kondisi pasar yang ada. Dalam kunjungan tersebut, dirinya yang didampingi oleh istrinya, membeli ikan dari pedagang.
Kepada wartawan, Menteri Kelautan dan Perikanan di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu mengatakan saat menjadi Gubernur Gorontalo, dirinyalah yang membangun pasar ikan itu. “Ini bangunan yang saya bangun”, ujarnya sambil menunjuk salah satu bangunan yang ada. “Dulu saya perbaiki pasar ini”, tambahnya.
Di pasar ikan saat ini memang ada bangunan baru namun di tempat itu fasilitas yang ada masih belum lengkap di mana air belum mengalir. “Sehingga belum bisa digunakan”, katanya. Hal demikian menurutnya perlu diperbaiki.
Alumni ITB itu menyebut ikan tuna di sini harga perkilo Rp20.000. Ia membandingkan dengan harga di Jakarta yang mencapai lebih dari Rp100.000/kg. “Harganya di Jakarta lima kali lipat”, tuturnya. Dari selisih harga yang tinggi, Fadel Muhammad meminta pemerintah memberi dukungan agar komoditas ikan dari Gorontalo bisa dijual ke Jawa. “Produk ikan dari sini kita bawa ke pasar nasional”, paparmya.
Bila mau ditingkatkan menjadi komoditas ekspor, disebut perlu membuka jaringan dengan Kota Davao, Filiphina. Kota yang tak jauh dari Gorontalo dan Manado, Sulawesi Utara, itu selain memiliki lapangan terbang dengan landasan pacu yang panjang, di sana juga ada pasar ikan yang besar. “Diekspor ke Davao dan dari sana bisa dijual ke mana-mana”, ujarnya.
Untuk menciptakan ikan yang berkualitas, kualitas ekspor, maka ia ingin agar pasar ikan dilengkapi dengan segala sarana yang dibutuhkan para pedagang. “Harus ada sarana saluran air”, tegasnya.
Selepas belanja di pasar ikan, Fadel Muhammad selanjutnya menuju ke Pasar Sentral Gorontalo. Di pasar modern dan terbesar di provinsi itu, ia juga disambut secara antusias oleh para pedagang sembako dan kebutuhan sehari-hari. Kedatangannya bahkan dimanfaatkan oleh para pedagang untuk curhat atas kondisi yang mereka alami.
Pria yang juga menjadi Guru Besar Universitas Brawijaya itu mendengar keluhan bahwa pasar sepi. “Pedagang mengatakan tidak ada pembeli”, ungkapnya. Sepinya pembeli di pasar sentral dan pasar ikan menurutnya karena tidak ada penggerak ekonomi. “Dulu penggerak ekonominya adalah komoditas jagung”, paparnya. Komoditas jagung pada masa dirinya menjadi gubernur adalah merupakan komoditas unggulan dan yang diperhatikan.
Agar ada penggerak ekonomi, Fadel Muhammad menggagas Gorontalo sebagai lumbung pangan nasional. “Lumbung pangan nasional itu saya cita-citakan dibangun di Kabupaten Pohuwato”, ujarnya. Lumbung pangan itulah yang nantinya akan menjadi motor penggerak ekonomi di Gorontalo sehingga pasar-pasar yang ada ramai kembali.
Penulis: Herdi
Editor: Pahala Simanjuntak