Manajemen Energi Bersertifikat Global Siap Diterapkan di Bandara Soetta

Lapangan Terbang Bandara Soetta

Jakarta, PONTAS.ID – Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM bersama PT Angkasa Pura II tengah merumuskan implementasi sistem manajemen energi berstandar internasional di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten.

Penyusunan ini melibatkan MTR3 – United Nations Development Programme (UNDP) dan menjadi bandara pertama di kawasan Asia Tenggara berbasis ramah lingkungan (eco – friendly).

“Ini hasil kolaborasi dengan UNDP sebagai upaya nyata menciptakan energi bersih melalui program konversi energi,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi, di Jakarta, Jumat (12/2/2021).

Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, sambung Agung, akan ditargetkan mendapatkan sertifikat global ISO 50001 apabila sudah menetapkan kebijakan energi, tujuan, target energi, rencana aksi dan proses yang fokus pada efisiensi energi melalui memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT).

Perumusan sistem manajemen energi ini menjadi bahasan utama dalam kick off meeting bersama PT Angkasa Pura II selaku induk pengelola Bandara Soekarno-Hatta pada Kamis (11/2/2021) kemarin.

Perumusan ini sebagai tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahamam (memorandum of understanding/MoU) antara Ditjen Kementerian ESDM dan PT Angkasa Pura II tentang Penerapan Konservasi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan secara Berkelanjutan pada Bandara Udara.

Direktur Konservasi Energi, Luh Nyoman Puspa Dewi, mengatakan, sampai saat ini di Indonesia baru terdapat 113 perusahaan yang mendapat sertifikat global ISO 50001 terdiri dari 2 sertifikat diberikan ke bangunan/gedung, 64 sertifikat ke perusahaan industri, dan 47 sertifikat ke perusahaan energi.

“Ini bertujuan mencapai penghematan energi dan penurunan gas rumah kaca. Kegiatan ini (sertfikasi ISO 50001) juga dapat berdampak pada kinerja AP II, seperti efisiensi biaya,” kata Puspa.

Lebih lanjut, Puspa menuturkan, konservasi energi menjadi salah satu prioritas utama bagi banyak perusahaan energi dan perusahaan milik negara di Indonesia seiring dengan upaya pemerintah untuk mendorong perusahaan mengadopsi produktivitas lebih baik dengan emisi dan limbah lebih sedikit.

President Director PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, mengatakan, penerapan Sistem Manajemen Energi bersertifikat global merupakan pakem baru dalam pengembangan eco-friendly airport dan menekan biaya operasional.

“Kami perlu tata cara, strategi, dan SOP baru. Jangan mengelola hal baru dengan cara lama. Dibutuhkan cara baru untuk mempercepat penerapan eco-friendly airport di bandara AP II. Karena, penggunaan EBT secara masif sudah di depan mata. Apalagi situasi sulit di tengah pandemi ini memberi kami pembelajaran, ditemukan resep baru pengelolaan bandara yang dapat menekan biaya operasional,” ujar Awaluddin, saat membuka kick off meeting.

Ia melanjutkan, konservasi energi menjadi prioritas bagi PT Angkasa Pura II, sebagai upaya antisipasi perusahaan terhadap isu perubahan iklim global. Salah satu langkah yang sudah diambil adalah pemasangan PLTS di gedung Airport Operation Control Center (AOCC) dan layanan taksi listrik yang dioperasikan Grab dan Blue Bird.

“Bandara Soekarno-Hatta ini akan menjadi point of interest untuk penggunaan energi baru dan terbarukan,” tambah Awaluddin.

Adapun, sistem manajemen energi untuk Terminal 3 ini nantinya juga dapat digunakan di bandara-bandara lainnya.

“Jika sudah memiliki suatu pakem atau standar, maka kami bisa menyesuaikan skalanya untuk diterapkan di bandara lain,” ujar Awaluddin.

Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta sendiri adalah terminal penumpang pesawat terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 25 juta penumpang per tahun.

Sementara itu di, Manajer Proyek Nasional MTRE3 – UNDP, Boyke Lakaseru, mengatakan, pihaknya akan memberikan pendampingan dan dukungan teknis agar Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dapat memperoleh sertifikat ISO 50001.

Boyke Lakaseru menuturkan, ada 3 hal yang akan dilakukan dalam merumuskan Sistem Manajemen Energi untuk meraih sertifikat ISO 50001. Pertama, menentukan kerangka kerja detil dan kerangka waktu (workplan & timeline). Kedua, pemetaan profil perusahaan terkait energi dan ketiga, laporan pemetaan Final Energy Management System dan Sertifikasi ISO 50001 oleh TUV SUD di tahun pertama.

Penulis: Stevanny

Editor: Riana

Previous articlePertamina Pasok 75.040 Tabung LPG untuk Imlek dan Cap Gomeh
Next articleDPR Dorong Produksi Blok Migas Sijunjung Segera Berjalan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here