Jakarta, PONTAS.ID – Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, menilai, PT Pertamina (Persero) mampu menyelesaikan Mega Proyek kilang melalui program Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Roof Refinery (GRR) tepat waktu, di tengah pandemi virus Corona(Covid-19).
Mamit menuturkan, mega proyek kilang RDMP atau pengembangan kapasitas untuk empat kilang dan GRR atau pembangunan dua kilang baru memang tidaklah mudah. Pembangunan Kilang ini juga harus terintegrasi dengan produk Petrokimia agar semua manfaat dari minyak mentah bisa digunakan.
Adapun, pengembangan kapasitas kilang dilakukan di kilang Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah. Kemudian Balongan, Jawa Barat. Dumai di Riau, dan Balikpapan, Kalimantan Timur. Dua kilang baru dibangun di Tuban, Jawa Timur.
“Banyak tantangan yang harus dilalui seperti persoalan keterbatasan lahan, investasi yang besar, profit jangka panjang, kompleksitas perijinan dan yang pasti sulitnya mencari mitra strategis,” kata Mamit, di Jakarta, Senin (6/7/2020).
Meski sulit, Mamit menilai, Pertamina mampu menggarap program yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional tersebut.
Hal ini dibuktikan dengan kemajuan pembangunan kilang yang sedang dilakukan oleh Pertamina, terutama untuk progres konstruksi fisik yang dicapai RDMP Balikpapan yang saat ini sudah mencapai 17,41 persen. Nantinya kapasitas produksi RDMP Balikpapan akan meningkat menjadi 360 ribu barel dan siap beroperasi pada tahun 2023.
Untuk RDMP Cilacap dimana saat ini untuk pekerjaan awal phase II sudah 18.94 persen dan GRR Tuban untuk landclearing lahan sudah 100 persen dan restorasi pantai 92.51 persen.
Lebih lanjut, Mamit juga meminta komitmen Pertamina dalam pembangunan kilang tidak perlu diragukan.
“Program RDMP dan GRR ini menunjukan keseriusan Pemerintah dan Pertamina dalam mempersiapkan bahan bakar ramah lingkungan dimana produk yang dihasilkan sudah standard EURO V. Tidak usah meragukan atau mempertanyakan komitmen Pertamina dalam megaproyek ini. Mereka akan bekerja dengan sebaik-baiknya agar pembangunan kilang ini sesuai dengan target yang ditetapkan. Kita harus dukung dan kawal pembangunan kilang ini,” pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengungkapkan bahwa tingkat kesulitan melakukan ekspansi dan revamping kilang lama jauh lebih tinggi dari pada membangun kilang baru dari lapangan yang masih kosong.
“Membangun kilang baru jauh lebih mudah dari pada melakukan ekspansi dan revamping kilang lama. Karena kalau yang ini untuk mengatur accesibility atau ketercapaian dan constructability atau keterbangunannya jauh lebih sulit,” beber Nicke, saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, belum lama ini.
Penulis: Riana
Editor: Stevanny