Produk Perikanan Laris Manis saat Pandemi, KKP Minta Produsen Jaga Kualitas

Dirjen PDSPKP KKP, Nilanto Perbowo (kiri), bersama Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo (tengah)

Jakarta, PONTAS.ID – Produk kelautan dan perikanan menjadi bahan pangan yang dicari konsumen di masa pandemi Covid-19, lantaran kandungan gizinya diyakini mampu meningkatkan imunitas. Tentu ini menjadi peluang bagi 60.000 lebih Unit Pengolah Ikan (UPI) skala UMKM di Indonesia.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Dirjen PDSPKP), Nilanto Perbowo mengatakan, tingginya permintaan produk perikanan saat ini harus dibarengi dengan kualitas dan mutu yang berdaya saing. Untuk mendorong itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengusung program yang mengutamakan kelestarian sumber daya alam, daya saing, mutu dan keamanan pangan.

“Sustainable environment harus dijaga dan seimbang dengan kesinambungan bisnisnya, mengingat keberlimpahan ketersediaan sumber daya ikan di setiap daerah. Sehingga produk kelautan dan perikanan yang dihasilkan harus memiliki daya saing dan terjamin mutu serta keamanan pangannya,” ujar Nilanto, dalam keterangan resminya, Jumat (3/7/2020).

Hal tersebut juga Nilanto sampaikan saat membuka webinar bertajuk ‘Strategi Peningkatan Nilai Tambah Produk Kelautan Dan Perikanan Berdaya Saing’ pada Selasa (30/6/2020) lalu, yang diikuti sekitar 3.000 peserta.

Komoditas ikan diakuinya merupakan produk yang mudah rusak (perishable). Namun ikan memiliki banyak keunggulan, seperti kandungan protein yang tinggi, mudah dicerna, mengandung asam lemak tak jenuh dengan kadar kolesterol sangat rendah yang dibutuhkan tubuh manusia.

Nilanto menegaskan, produk kelautan dan perikanan yang dihasilkan UPI skala UMKM harus bisa menjawab tantangan ikan yang bersifat perishable. Caranya dengan memanfaatkan teknologi untuk menjamin kualitas ikan atau mengolah ikan menjadi produk makanan yang enak dan bergizi.

“Contoh ikan lele. Mudah dibudidayakan dan memiliki keunggulan dari sisi ekonomi. Ikan lele memiliki nilai tambah dari diversifikasi produk turunan yang dihasilkannya, seperti abon, keripik kulit, dendeng ikan lele, dan pastel abon,” pungkas Nilanto.

Salah satu UPI skala UMKM yang sukses mendiversifikasi ikan menjadi produk bernilai ekonomi adalah UMKM Al Fadh atau Poklahsar KWT Ngudi Mulyo yang berlokasi di Boyolali, Jawa Tengah. UMKM ini berhasil mengolah ikan lele menjadi 30 jenis produk makanan yang telah memiliki izin edar P-IRT, Halal dan SNI.

Nilanto juga berharap, produk kelautan dan perikanan yang diproduksi UPI skala UMKM bisa berkontribusi dalam perekonomian negara dan menjadi bagian dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang telah dicanangkan Presiden Jokowi pada 14 Mei 2020 lalu.

Dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, KKP akan menampilkan produk-produk unggulan dari 100 UPI skala UKM yang telah menjadi binaan selama ini. Dari UPI yang terpilih ini, diharapkan mampu berkiprah dalam menarik perhatian publik terhadap aneka produk diversifikasi hasil kelautan dan perikanan, sehingga produk tersebut semakin dikenal dan mudah diakses masyarakat.

Sementara itu, Penasehat Menteri KKP Bidang Daya Saing dan Peningkatan Nilai Tambah Industri Kelautan dan Perikanan, Rina Sa’adah, mengamini bahwa pandemi Covid-19 memperluas peluang pasar bagi produk pangan, termasuk yang bersumber dari hasil kelautan dan perikanan.

“Pilihan usaha mikro farming atau budidaya ikan skala mikro, urban farming atau budidaya ikan di masyarakat perkotaan dengan mengoptimalkan lahan sekitarnya dan menggunakan teknologi sederhana yang mudah diterapkan. Kemudian pengembangan produk olahan ikan dan gaya hidup konsumsi saat ini bisa menjadi peluang usaha yang bagus,” sambungnya.

Manager Director at Global Reliance International (PT GRI), Syamsul Arifin, juga mengamini bahwa pandemi menyebabkan konsumen memilih makanan praktis dan siap santap.

“Masyarakat yang menjalani work from home (WFH) dan pembatasan sosial berskala besar membuka peluang usaha delivery makanan, sehingga pelaku usaha yang tidak memiliki rumah makan atau resto tetap bisa berjualan,” ujar Syamsul.

Menurutnya, UPI skala mikro kecil memerlukan pengembangan skala usaha untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan pasar. Syamsul pun mengingatkan kembali tentang lima strategi dalam memulai pengembangan usaha kelautan dan perikanan, yakni product, price, place, promotion dan people.   

Saat memulai bisnis kelautan dan perikanan, sambungnya, pelaku usaha harus memperhatikan produk yang diinginkan dan disukai konsumen.

“Pilihlah produk olahan perikanan yang dapat masuk ke pasar secara umum. Dan jangan takut membuat riset resep dan rasa produk dengan melakukan tes produk ke keluarga, orang terdekat dan beberapa orang tidak dikenal. Bila pendapat jujur mereka, rata-rata bilang enak nah baru siap dijual,” terang Syamsul.

Langkah lainnya adalah melakukan survei secara komprehensif untuk menentukan tempat jualan (lapak). Syamsul juga mengingatkan untuk melakukan promosi dengan membuat nama merek/brand yang keren dan mudah diingat konsumen.

“Selanjutnya promosikan merek produk tersebut melalui berbagai platform saluran iklan baik yang berbayar maupun gratis,” ujarnya.

Sedangkan yang dimaksud ‘people’ adalah semua pelaku (pegawai dan pemilik usaha) harus memainkan peran penting dalam bisnis, sehingga bisa mempengaruhi persepsi pembeli. Etos kerja dan pelayanan terhadap pelanggan baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk.

Syamsul menambahkan, pelaku usaha dengan performa yang tinggi akan menjaga konsistensi produk sehingga konsumen puas dan loyal.

Penulis: Riana

Editor: Stevanny

Previous articleTerpidana Korupsi Gampang Keluar Masuk ke RI, DPR: Aparat Hukum Lemah Informasi
Next articleKasus Positif Covid-19 di Asahan Bertambah Dua Orang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here