Jakarta, PONTAS.ID – Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) di sektor industri manufaktur sudah semakin tinggi. Meningkatknya jumlah SNI yang diterapkan baik secara sukarela maupun wajib.
“Menjadi daya dorong bagi industri untuk memproduksi barang yang berkualitas dan terjamin keamanan dan keselamatannya bagi konsumen,” Ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menghadiri acara Malam Penganugerahan SNI Award 2018 di Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Airlangga mengatakan, jumlah penerapan SNI semakin bertambah secara signifikan baik itu untuk penerapan SNI produk, proses, sistem maupun personel. “Penerapan SNI diyakini dapat memberikan kontribusi besar bagi upaya peningkatan daya saing industri manufaktur nasional di pasar domestik dan ekspor,” tuturnya.
Kementerian Perindustrian mencata sebanyak 105 SNI secara wajib di berbagai sektor industri manufaktur. Sektor tersebut antara lain industri makanan dan minuman, tekstil dan aneka, logam, kimia dasar, kimia hilir, otomotif, serta elektronika.
Airlangga memberikan apresiasi kepada Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang telah menyelenggarakan SNI Award. Kegiatan ini dinilai menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam menstimulasi peningkatan penerapan SNI oleh pelaku usaha maupun organisasi lainnya.
“SNI Award ini diharapkan produsen, konsumen dan masyarakat umum semakin menghargai aspek mutu, dan memahami perlunya berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan penggunaan SNI sebagai referensi penyediaan dan permintaan pasar,” paparnya.
Melalui SNI Award juga diharapkan para pelaku usaha mampu meningkatkan kinerja perusahaan untuk tumbuh berkembang menjadi institusi yang mampu bertahan dalam persaingan bisnis global, dan meningkatkan brand image sebagai perusahaan yang konsisten dalam menjaga kualitas produknya.
Fokus Tinggkatkan Daya Saing
Airlangga menyampaikan, pemerintah fokus untuk meningkatkan daya saing industri nasional di kancah global, apalagi telah diluncurkan Making Indonesia 4.0. Peta jalan ini sebagai strategi dan arah yang jelas dalam pengembangan industri agar semakin kompetitif. Aspirasi besarnya adalah menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara besar dengan perekonomian terkuat di dunia tahun 2030.
Kepala BSN Bambang Prasetya menyampaikan, pada tahun ini atau penyelenggaraan yang ke-14, SNI Award diberikan kepada 56 organisasi atau perusahaan. Setiap tahun pesertanya terus meningkat. “Di tahun 2018, sebanyak 208 organisasi atau perusahaan yang mendaftar,” ungkapnya.
Dari jumlah tersebut, yang lolos sampai tahap onsite atau kunjungan lapangan sebanyak 71 organisasi atau perusahaan. Pada tahap berikutnya, penilaian dilakukan oleh dewan juri kompeten yang antara lain berasal dari industri, pemerintah, perguruan tinggi, dan pakar manajemen.
“Diharapkan SNI Award dapat menjadi acuan organisasi atau perusahaan untuk meningkatkan kinerja, karena dinilai dari berbagai aspek seperti manajemen dan kepemimpinan, fokus pada pelanggan, pengembangan sumber daya, pengelolaan atau realisasi produk, serta hasil bisnis,” terangnya.
Politeknik ATK Yogyakarta, salah satu unit pendidikan vokasi di lingkungan Kemenperin, berhasil meraih perak untuk kategori Organisasi Pendidikan Tinggi. “Politeknik ATK Yogyakarta telah ikut serta dalam kegiatan SNI Award sejak tahun 2015. Pada tahun lalu, kami juga memperoleh peringkat perak untuk kategori Perusahaan Menengah Jasa,” ujar Sekjen Kemenperin Haris Munandar yang turut mendampingi Menperin, malam itu.
Haris menegaskan, Kemenperin fokus untuk terus memacu kompetensi sumber daya manusia (SDM) di sektor industri manufaktur sesuai implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Peningkatan kualitas tenaga kerja ini untuk mendongkrak produktivitas dan menciptakan inovasi. “Salah satu program vokasi yang telah kami jalankan adalah link and match antara SMK dengan industri,” tandasnya.
Editor: Idul HM