Pemerintah Bertekad Akan Kurangi Sampah Hingga 70 Persen

diskusi round table dengan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim bersama pihak swasta, dan aktivis lingkungan hidup pada hari Jumat (06-07-2018) di Hutan Bakau KLHK, Suwung Kawuh, Denpasar, Bali.

Jakarta, PONTAS.ID – Menko Maritim Luhut B. Panjaitan menyampaikan tekad pemerintah yang akan mengurangi 70 persen sampah pada tahun 2025. Hal disampaikanya  Pada acara diskusi round table dengan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim bersama pihak swasta, dan aktivis lingkungan hidup pada hari Jumat di Hutan Bakau KLHK, Suwung Kawuh, Denpasar, Bali, (6/7).

“Kami sadar ini bukan suatu yang mudah, tetapi kami telah menyusun beberapa strategi di antaranya mengalokasikan sumber sampah yang dekat dari laut, penegakan hukum, memperbanyak riset, dan bersama Bank Dunia kami menciptakan sistem yang lebih baik untuk meningkatkan pemungutan sampah di kota-kota yang langsung berbatasan dengan laut.Dan Indonesia juga menyadari ini adalah masalah antarnegara, karenanya Indonesia berusaha melakukan kerja sama dengan negara lain,” jelas Luhut Dalam keterangan Resmi yang diterima PONTAS.id di Jakarta, Senin (9/4/2018).

Salah satu peserta pada  diskusi  ini, Tiza Mafira, yang merupakan Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) , gerakan yang mendorong regulasi pembatasan kantong plastik melalui pajak dan pelarangan menceritakan apa yang sudah dilakukannya.

“Banjarmasin dan Balikpapan adalah dua kota di Indonesia yang sukses menerapkan ‘kantong plastik tidak gratis’ . Kedua kota ini adalah kota pesisir yang memiliki banyak sungai, sehingga berkontribusi mencegah sampah kantong plastik masuk ke laut. Sejak diterapkan tahun 2016, penggunaan kantong plastik di Banjarmasin turun 95% dan penjualan tas anyaman hasil kearifan lokal meningkat,” jelas Tiza yang dianugerahi UN Environment sebagai Ocean Hero 2018.

Ia mengatakan Kota Padang, Cimahi, dan Malang juga sedang berproses untuk mengeluarkan peraturan pembatasan kantong plastik.

Kevin Kumala pendiri Avani Eco, penghasil produk-produk bioplastik mengatakan bahwa baginya sulit untuk melakukan dari gerakan Reduce, Reuse, Recycle dalam waktu yang singkat.

“Gerakan 3R itu akan memakan waktu lumayan lama agar terlihat hasilnya. Maka kita harus kampanyekan satu R lagi, Replace (membuat pengganti),” ujarnya. Ia menceritakan produk-produk ramah lingkungan buatannya yang berasal dari singkong, jagung, tebu, dan lain-lain.

Peserta termuda, Melati Wijsen dari Bye Bye Plastic Bags, menceritakan programnya ’Mountain Mamas’ yang diciptakan untuk memberdayakan dan membangun kehidupan masyarakat terpencil di pegunungan.

“Kami meminta para ibu di desa-desa terpencil itu untuk membuat tas, lalu kami jual dengan harga yang layak. Keuntungannya 50% kami ambil untuk organisasi kami dan setengahnya lagi kami berikan kepada desa mereka untuk membangun fasilitas umum atau membangun fasilitas pengelolaan sampah dll,” katanya.

Pada kesempatan tersebut, Presiden Kim menyatakan sangat gembira mendengar kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan seraya mengingatkan bahwa mereka juga harus mencari cara agar permintaan untuk produk-produk mereka dapat ditingkatkan.

“Produk kalian sangat bagus tetapi harus dipastikan ada demand . Dengan meningkatkan demand kita juga bisa berbangga bahwa makin banyak orang yang sadar akan kesehatan lingkungan,” jelasnya.

Kepada para wartawan, Presiden Kim mengatakan ia sangat kagum dengan upaya yang dilakukan para generasi muda tersebut.
“Saya sangat terkesan dengan usaha para anak-anak muda ini memerangi sampah plastik. Kebersihan laut bukan hanya untuk para surfer dan diver saja tetapi juga semua akan terkena dampaknya,”pungkasnya.

Editor: Idul HM

Previous articlePrabowo Dipersilahkan Laporkan Dugaan Pelanggaran di Pilkada Jateng dan Jabar
Next articleKementerian ATR/BPN Serahkan 1.046 Alat Ukur GNSS RTK

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here