
Jakarta, PONTAS.ID – Kapal Geomarin III (GOMA) yang melakukan Ekspedisi Indonesia PRIMA (Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis) 2018, pada Selasa (12/6/2018) kemarin pukul 13.00 WIB berlabuh di Pelabuhan Sibolga, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Ekspedisi merupakan kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Meteorologi, Klimatogi dan Geofisika (BMKG) serta National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dalam rangka meningkatkan akurasi observasi cuaca dan prediksi cuaca kelautan di Samudera Hindia,
Namun bagi ABK Geomarin III bukan berarti bisa langsung kembali ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
“Pelayaran akan melanjutkan penelitian Gas Biogenik Cekungan Nias, Sumatera Utara. Untuk mempersiapkan keberangkatan, sejumlah anggota tim tetap berada di Kapal Geomarin III,” ujar peneliti P3GL Kementerian ESDM, Catur Purwanto, di Pelabuhan Sibolga, seperti dilansir ESDM.go.id, Rabu (13/6/2018).
Berlabuhnya kapal ini sekaligus menandai berakhirnya ekspedisi mengarungi Samudera Hindia yang berlangsung mulai 24 Mei 2018 dari Pelabuhan Cirebon setelah melalui 5 titik (dari perairan Barat Sumatera hingga Teluk Benggala).
Catur mengatakan, Tim Gas Biogenik Cekungan Nias yang akan berangkat pada 20 Juni nanti terdiri dari para peneliti, teknisi dan ABK yang diketuai peneliti P3GL, Riza Rahadiawan. Dalam pelayarannya, mereka akan melakukan pengkayaan data migas guna mendukung eksplorasi gas biogenik dan peningkatan kualitas data wilayah kerja migas.
“Di saat keluarga di kampung halaman sudah bersiap-siap untuk merayakan Lebaran, kami masih berjuang di laut. Seringkali tinggi ombak naik ke anjungan 12 meter kadang lebih, akhirnya hari ini kami berhasil menyelesaikannya, insya Allah dengan hasil yang memuaskan,” kata Catur.
Pada ekspedisi kali ini, kata Catur, tim melakukan pengambilan data meteorologi maritim, atmosfer, oceanografi, pengamatan marine-geofisika, dan pengamatan cuaca setiap jam selama rute pelayaran.
Ekspedisi akan menghasilkan data pengamatan RAMA Buoy (Research Moored Array for African-Asian-Australian Monsoon Analysis and Prediction) yang real-time dan meningkatkan akurasi prediksi cuaca dan diharapkan segera terintegrasi dengan portal MIDAS (Maritime Integrated Data System)
MIDAS merupakan sebuah portal untuk seluruh kegiatan yang terkait dengan kelautan secara real-time. “Jika sudah terintegrasi dengan data terbaru, akan sangat bermanfaat dalam pemahaman terhadap cuaca dan iklim serta sektor kemaritiman negara Indonesia di masa depan,” pungkasnya.
Editor: Hendrik JS